General Manager PLN UIP KLT, Raja Muda Siregar, menegaskan komitmen PLN untuk mewujudkan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang cerdas, hijau dan berkelanjutan. Bagi PLN, proyek IKN bukan sekadar menyediakan suplai listrik.
“Proyek ini akan menjadi simbol pergeseran menuju sistem kelistrikan nasional yang modern, efisien, dan berbasis energi terbarukan,” ungkap Raja usai mendampingi perwakilan PLN pusat dalam kegiatan site visit due diligence World Bank ke IKN beberapa waktu lalu.
Dalam kegiatan itu, World Bank memverifikasi kelayakan proyek-proyek tulang punggung kelistrikan hijau IKN untuk memperoleh pembiayaan program ISLE-2 PforR. Antara lain, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN 50 MW. Kemudian proyek Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV GI Kariangau–GIS 4 IKN (landing point). Serta progres pembangunan Gas Insulated Switchgear (GIS) 4 IKN.
ISLE-2 PforR atau Indonesia Sustainable Least-Cost Electrification-2 Program for Results, adalah program kerja sama pendanaan World Bank. Program ini bertujuan mengakselerasi elektrifikasi dan penguatan infrastruktur energi berkelanjutan di Indonesia.
Untuk periode 2024-2030, program ini meliputi wilayah Kalimantan dan Sumatera. ISLE-2 PforR juga mendorong transformasi digital melalui implementasi SCADA, Energy Management System (EMS), pembangkit surya, sistem penyimpanan energi berbasis baterai.
Peran Penting ISLE-2 PforR Dalam Mencapai Target Elektrifikasi 100 persen di Indonesia
Site visit due diligence World Bank berlangsung selama tiga hari, mulai 15 sampai 17 April 2025.
Kegiatan berawal dengan rapat koordinasi PLN dengan World Bank. Kemudian berlanjut dengan kunjungan langsung ke lokasi proyek bakal tulang punggung kelistrikan hijau di IKN. Mengakhiri kegiatannya, World Bank melakukan diskusi teknis dan lingkungan bersama Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN).
Lebih rinci, Raja menyampaikan bahwa PLN dan World Bank melakukan observasi langsung terhadap kesiapan infrastruktur-infrastruktur kelistrikan IKN. Selain juga memverifikasi dokumen teknis, serta penilaian risiko sosial dan lingkungan.
Raja menekankan bahwa kerja sama pendanaan dengan World Bank berperan penting dalam mendukung pembiayaan investasi infrastruktur ketenagalistrikan nasional. Termasuk dalam rangka mencapai target elektrifikasi 100 persen di Indonesia.
Program ini turut mendorong upaya penguatan portofolio energi baru terbarukan (EBT) korporasi, hingga optimalisasi cost of generation.
“Serta peningkatan kapasitas fiskal dan efisiensi operasional PLN melalui penguatan struktur keuangan dan penerapan praktik pengelolaan aset yang lebih berkelanjutan,” timpal Raja.