Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan menilai perbaikan sistem transportasi publik penting untuk mengurai kemacetan. Anggota Komisi III DPRD, Laisa Hamisa, menegaskan tanpa transportasi umum yang memadai, kemacetan akan terus berlanjut.
“Jumlah kendaraan terus bertambah, sehingga perlu adanya perbaikan sistem transportasi umum,” ujar Laisa, Senin (27/1/2025).
Untuk itu, ia mengusulkan pengembangan transportasi massal semacam bus rapid transit (BRT) dengan jalur khusus. Pengembangan transportasi massal ini bisa menjadi solusi.
Namun demikian, perlu perencanaan matang dan anggaran yang memadai untuk merealisasikan strategi ini.
Lebih lanjut ia memaparkan, bahwa masyarakat saat ini memerlukan moda alternatif selain kendaraan pribadi. Sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan patut mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam mengembangkan transportasi massal yang efisien.
“Transportasi umum yang baik akan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi,” tambahnya.
Seiring dengan itu, Pemkot juga harus meningkatkan fasilitas pendukung. Misalnya, halte yang nyaman hingga pengaplikasian teknologi dalam sistem pembayaran.
“Tanpa perbaikan sistem, kemacetan tidak akan selesai,” tegasnya.
Laisa juga mengingatkan strategi pengintegrasian antar moda. Hal ini untuk memastikan kenyamanan dan efisiensi perjalanan warga.
“Masyarakat butuh sistem transportasi yang terhubung dengan baik,” ujarnya.
Dewan mendorong Pemkot berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat untuk membantu percepatan pembangunan infrastruktur transportasi publik. Sembari menerapakan optimalisasi rekayasa lalu lintas, terutama pada jam-jam sibuk. Fokusnya adalah mengurangi titik kemacetan di ruas jalan utama semisal, Jalan Soekarno-Hatta dan MT Haryono.
Kemacetan di Balikpapan semakin parah akibat peningkatan jumlah kendaraan. Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) turut mendorong pertumbuhan penduduk.
Kondisi ini mengganggu mobilitas dan aktivitas perekonomian sehingga memperburuk kualitas hidup warga. DPRD berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret.
“Agar tidak semakin parah, kita harus berpikir jangka panjang,” pesan Laisa.