Trem Otonom Terpadu atau Autonomous Rail Rapid Transit (ART) diproyeksi menjadi moda transportasi massal di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Otorita IKN kini tengah menguji coba kelaikan moda tersebut hingga Oktober 2024 mendatang. Meski demikian, belum banyak kalangan yang memahami kelebihan moda transportasi tersebut.
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital OIKN, Mohammed Ali Berawi, menerangkan ART adalah perpaduan atau hybrid system dua moda transportasi.
Secara karakteristik kereta api, sistem ART serupa dengan kereta ringan atau Light Rapid Transit (LRT). Moda ini berjalan di atas virtual track berbentuk marka yang terdeteksi oleh sensor Light Detection and Ranging (LIDAR) dan GPS.
Di sisi lain, karakter bis pada ART berwujud dalam penggunaan ban karet dan bergerak di atas jalan. Layaknya autonomus bus yang memiliki dedicated line dan bersifat otonom.
ART juga dilengkapi dua ruang kemudi yang berada di bagian depan dan belakang.
“Ini menunjukkan bahwa trem bisa bergerak forward (maju dari depan) dan backward (maju dari belakang),” sambung Ali.
Keunggulan lain dari moda tersebut yakni efisien dalam segi investasi, terutama dibanding dengan kereta konvensional yang menggunakan rel.
Kemudian trem otonom terpadu juga memiliki kapasitas masif. Dengan tiga gerbong, ART memiliki daya tampung hingga 300 penumpang. Bahkan dalam satu trainset bisa berjumlah lima gerbong, sehingga daya ampu mencapai 500 penumpang satu ret.
Dari segi konsumsi bahan bakar, ART bisa beroperasi hingga jarak 70 Km per sekali pengisian daya.
“Ini menjadi trem otonom pertama yang diuji coba di Indonesia. Tanpa rel, menggunakan baterai dan dipandu oleh marka jalan,” katanya.
Menguji Keandalan Teknologi dan Teknis Trem Otonom IKN
Uji coba atau Proof-of-Concept (PoC) ART dilakukan di sumbu kebangsaan sisi timur, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, Sabtu (10/8/2024). Adapun unit yang diuji coba pada kesempatan tersebut merupakan produksi CRRC, produsen kereta api asal Cina.
PoC bertujuan menguji keandalan teknologi, apakah moda bisa berfungsi fully autonomous atau masih menggunakan manual dan otomatis.
“Uji coba meliputi keandalan teknis, interoperabilitas, keekonomisan, dan transfer pengetahuan sebelum penerapan,” bebernya saat meninjau pelaksanaan PoC.
Tahapan ini turut melibatkan Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan guna memastikan seluruh sistem hingga infrastruktur berfungsi dengan baik dan aman. Serta tak kalah penting bahwa penerapannya kelak sesuai regulasi transportasi yang berlaku.
Sebagai tahap awal, Kementerian PUPR menyediakan 8 halte ultimate yang digunakan di loopultimate (jalur lintasan utama). Rute tersebut meliputi sumbu kebangsaan sisi barat – depan Istana Presiden – sumbu kebangsaan sisi timur sepanjang 4,9 km.