Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Gunung Sari Ulu menerapkan langkah terpadu dalam pencegahan stunting. Artinya, upaya pengawasan tidak hanya mencakup kalangan anak, melainkan seluruh siklus kehidupan.
Kepala Puskesmas Gunung Sari Ulu, drg. Niken Giri Wardhani, menyatakan upaya pencegahan utama menitikberatkan pada pemantauan status gizi. Melalui penjaringan secara berjenjang, mulai dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, sampai dengan anak usia sekolah.
“Seluruh siklus kehidupan kita pantau,” ucapnya, Senin (17/11/2025).
Dengan strategi tersebut, Puskesmas Gunung Sari Ulu bukan hanya dapat mendeteksi dini potensi masalah gizi dari hulu sampai ke hilir. Namun juga dapat menentukan langkah-langkah penanganan demi menekan risiko problem gizi berkelanjutan. Melalui pengawasan ketat, Puskesmas berharap tidak ada anak yang mengalami masalah gizi
Seiring dengan langkah pemantauan, Puskesmas Gunung Sari Ulu turut menekankan edukasi gizi terhadap setiap kelompok berisiko. Langkah ini bertujuan memberi pemahaman kepada seluruh kalangan mengenai langkah-langkah penting pemenuhan asupan gizi. Sekaligus meningkatkan kesadaran bersama dalam mencegah problem gizi.
Niken menguraikan, upaya pencegahan pada kalangan remaja yakni, edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan pemenuhan gizi untuk menekan anemia. Pada calon pengantin, Puskesmas melakukan pemantauan status gizi dan memberikan konseling untuk memastikan kesiapan pasangan untuk menjadi orang tua. Serta memahami pola pengasuhan yang tepat.
Pendekatan ini bertujuan memastikan calon ibu memiliki status gizi yang baik sebelum memasuki masa kehamilan. “Kita edukasi dari hulu ke hilir,” sebutnya..
Upaya berlanjut pada ibu hamil melalui pemantauan rutin, sedangkan ibu menyusui mendapatkan pendampingan untuk mendukung pemberian ASI eksklusif.
Lebih lanjut Niken mengemukakan bahwa pola ini memastikan setiap fase kehidupan mendapatkan intervensi yang sesuai kebutuhannya. Dengan begitu, risiko stunting dapat ditekan sebelum terjadi pada fase anak.
Pendekatan menyeluruh ini juga mendorong masyarakat memahami bahwa pencegahan stunting memerlukan upaya bersama.














