Pemberian suplemen penambah darah tidak serta-merta menyebabkan ibu hamil terbebas dari risiko anemia. Efektivitas pemberian tablet tambah darah (TTD) turut bergantung pada beberapa faktor lain.
Layanan ibu hamil pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Gunung Sari Ilir seringkali mendeteksi keluhan anemia. Bidan Puskesmas, Sri Subandini, mengungkap risiko anemia akan tetap tinggi, jika ibu hamil tidak mendapat nutrisi seimbang. Selain itu, pasien dengan riwayat penyakit yang memicu penurunan kadar protein atau hemoglobin (Hb) pada sel darah merah, tetap berisiko.
“Jangan jadi patokan bahwa dengan minum TTD, sudah tidak anemia. Kalau tidak didukung dengan pola makan sehat, pasti risiko masih tinggi,” terangnya, Rabu (19/11/2025).
Karena itu, Sri mendorong agar ibu hamil menjaga asupan gizi serta memeriksakan diri secara rutin, agar kondisi kesehatan tetap terpantau.
Anemia masih menjadi gangguan komplikasi pada masa kehamilan meskipun pencegahan sudah dilakukan sejak remaja dan calon pengantin melalui skrining awal. Pada ibu hamil, puskesmas melakukan pemeriksaan setiap tiga bulan untuk memastikan kadar hemoglobin (Hb) berada pada batas aman.
“Kalau hasil laboratorium menunjukkan Hb-nya di bawah normal, kita berikan TTD dalam bentuk multivitamin dan mineral,” terang Sri Subandini.
Menurutnya, sebagian besar kasus yang terdeteksi di wilayah kerja puskesmas merupakan anemia ringan. Meski tidak banyak, kondisi ini wajib mendapat perhatian agar tidak berkembang menjadi anemia berat yang berpotensi mengganggu kehamilan.
Ia menambahkan, pemeriksaan kehamilan idealnya dilakukan minimal enam kali. Semakin intens pemeriksaan, maka peluang terdeteksinya komplikasi semakin besar. Sehingga dapat segera mungkin melakukan penanganan.
Layanan ibu hamil di Puskesmas Gunung Sari Ilir meliputi pengecekan hemoglobin, gula darah, protein urine, hepatitis, HIV, dan sifilis. Ibu hamil juga mendapatkan layanan konsultasi gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi selama masa kehamilan.
Layanan terpadu ini menjadi bagian dari upaya menjaga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bayi agar dapat terus tumbuh sehat.














