BeritaKesehatan

Puskesmas Gunung Sari Ilir Luruskan Anggapan Salah Mengenai Balita Kekurangan Gizi

×

Puskesmas Gunung Sari Ilir Luruskan Anggapan Salah Mengenai Balita Kekurangan Gizi

Sebarkan artikel ini
Ahli Gizi Puskesmas Gunung Sari Ilir, Riana Angelina, tegaskan bobot tidak ideal bukan berarti balita alami kekurangan gizi. (foto: narasinegeri)

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Gunung Sari Ilir menegaskan balita dengan bobot stagnan dan kurang tidak serta-merta tergolong gizi kurang. Penegasan ini untuk meluruskan anggapan bahwa setiap perubahan, khususnya kondisi penurunan berat badan selalu berhubungan dengan kekurangan gizi.

Ahli Gizi Puskesmas Gunung Sari Ilir, Riana Angelina, menjelaskan penilaian kategori kurang gizi tidak hanya berdasarkan kenaikan berat badan. Pada kondisi stagnan, anak sebenarnya berada dalam kondisi gizi yang tergolong aman. Hanya saja, berat badannya tidak menunjukan pertumbuhan.

“Untuk balita bobot tetap itu bukan karena kurang gizi, tapi perkembangan berat badannya tidak ideal dengan umur,” jelasnya, Selasa (25/11/2025).

Meski demikian, balita dengan berat stagnan, perlu mendapat perhatian agar tidak berkembang menjadi masalah gizi yang lebih serius.

Hal serupa berlaku pada balita dengan bobot kurang. Meski berat badannya berada di bawah standar, kondisi ini belum termasuk kategori gizi kurang. Namun, pemantauan lebih intensif tetap diperlukan untuk mencegah potensi penurunan status gizi.

Riana menambahkan, langkah awal menentukan status gizi balita melalui penimbangan rutin bulanan di pos pelayanan terpadu (posyandu). Selanjutnya, kader melaporkan hasil penimbangan kepada tim gizi puskesmas sebagai bahan analisa untuk mengelompokan balita gizi kurang, bobot tetap, dan bobot kurang. 

“Setiap bulan ada penimbangan. Dari situ kita bisa mengidentifikasi berapa yang gizi kurang, berapa yang bobotnya tetap, dan berapa yang bobotnya kurang,” terangnya. 

Setelah teridentifikasi, barulah puskesmas melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) sebagai upaya intervensi. 

Balita yang tergolong gizi kurang, mendapat PMT selama 56 hari sebagai pemulihan gizi. Balita dengan bobot kurang mendapatkan PMT selama 28 hari sebagai upaya menjaga dan memperbaiki pertumbuhan. Sedangkan untuk balita bobot stagnan mendapat PMT 14 hari untuk meningkatkan pertumbuhan.

Tinggalkan Balasan